Niamey, Niger — Situasi politik di Niger kembali memanas setelah militer dilaporkan melakukan kudeta pada Kamis malam (11/7), dengan menahan Presiden Mohamed Bazoum di Istana Kepresidenan dan mengambil alih kekuasaan secara sepihak. Kudeta ini merupakan yang kedua dalam dua tahun terakhir di negara yang menjadi bagian penting dalam strategi kontra-terorisme di kawasan Sahel.
Pengumuman Darurat Nasional oleh Militer
Juru bicara Dewan Keamanan Transisi yang dipimpin oleh Kolonel Harouna Idrissa, menyampaikan pengumuman di televisi nasional bahwa pemerintahan sipil telah dibubarkan dan seluruh institusi konstitusional akan ditangguhkan.
“Kami bertindak atas nama rakyat untuk mengakhiri korupsi, ketidakadilan, dan ancaman terhadap kedaulatan nasional. Pemilu akan dijadwalkan setelah masa transisi,” ujar Kolonel Harouna.
Militer juga menetapkan jam malam nasional, membatasi akses ke internet dan menutup semua perbatasan udara dan darat sementara waktu.
Dunia Internasional Mengecam
Komunitas internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Afrika, dan ECOWAS, mengecam tindakan militer tersebut. Presiden Komisi Uni Afrika, Moussa Faki Mahamat, menyebut kudeta sebagai “langkah mundur besar dalam demokrasi Afrika Barat.”
Amerika Serikat, yang memiliki pangkalan militer di Niger untuk operasi anti-teroris, menyatakan keprihatinan dan mendesak pembebasan segera Presiden Bazoum.
“Kami menyerukan dikembalikannya pemerintahan sipil secara damai dan mendesak semua pihak untuk menahan diri dari kekerasan,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Warga Terbelah: Demonstrasi dan Ketakutan
Di tengah jalanan ibu kota Niamey, suasana mencekam. Beberapa kelompok warga terlihat turun ke jalan menyuarakan dukungan terhadap tentara, namun banyak lainnya memilih mengungsi atau berlindung di rumah karena takut akan pecahnya bentrokan.
Salah satu warga, Maman Idrissou, mengatakan kepada media, “Kami takut ini akan seperti Mali dan Burkina Faso. Kudeta tidak membawa perubahan, hanya membuat hidup kami makin sulit.”
Potensi Destabilisasi Kawasan
Dengan kudeta ini, Niger bergabung dengan sejumlah negara Afrika Barat lainnya seperti Guinea, Burkina Faso, dan Mali yang sebelumnya juga mengalami penggulingan kekuasaan militer dalam beberapa tahun terakhir.
Pengamat regional menyatakan kekhawatiran bahwa rangkaian kudeta ini akan memperlemah stabilitas kawasan dan mempersulit perang melawan kelompok teroris seperti ISIS Sahel dan Boko Haram.